Pondok Pesantren Barokah Darurrohman

Ad Code

INFO

4/recent/ticker-posts

Keunggulan Berma'rifatillah

 

Catatan Santri : Alvin Siregar


Tsamrotul Ma'rifah (buah mengenal Allah) ada tiga, yaitu: 

1. Malu kepada Allah 

Malu ini adalah sifat dimana batas keimanan seseorang terhadap siapa yang di cintainya, sehingga ketika dirinya melalukan sebuah keburukan maka ia akan malu terhadap kekasihnya.

2. Cinta kepada Allah

Segala sesuatu itu pasti ada timbal baliknya, seperti di dalam qoul ulama :

"Barangsiapa yang menanam maka ia akan menuai" 

Ketika kita menanamkan kecintaan terhadap Allah SWT, maka niscaya kita akan menuai hasil dari kecintaan tersebut.

3. kerasan bersama Allah".

Kerasan dimaknai bukan kekerasan ya hehehe, tapi krasan dalam KBBI itu bermakna "merasa senang, nyaman"

Kerasan bersama Allah ialah sikap senang dan merasa nyaman terhadap Allah sebagai Dzat Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.

Sikap ini merupakan akibat dari kemampuan seseorang untuk menghayati ke-Indahan Allah Ta'ala.

Rasulullah SAW bersabda:

"Mahabbah itu pangkal dari ma'rifah (mengenal Allah), dan iffah itu adalah tanda adanya keyakinan, sedangkan pangkal keyakinan yakni taqwa dan rela terhadap taqdir yang Allah berikan".

Mahabbah (cinta kepada Allah) menjadi pangkal ma'rifah (mengenal Allah), karena ketika seseorang mencintai sesuatu nicaya ia akan menjadi hamba sesuatu tersebut. Sebagaimana dalam dunia tasawuf dikenal adanya tiga jenjang tingkatan seseorang dalam berma'rifat :

1. Jenjang syariat, yaitu jenjang beribadah kepada Allah, karena memang ibadah inilah yang merupakan tujuan syariat. Sedang syariat itu sendiri menurut para Ahli Fiqih adalah hukum-hukum yang dipaparkan oleh Allah kepada dan untuk kita semua.

2. Jenjang thariqat, yaitu suatu tingkatan dimana dengan ilmu dan amal perbuatannya seseorang hanya menuju Allah (bukan pahala Allah).

3. Tingkat ma'rifat, yaitu mengetahui aspek-aspek batiniah dalam semua perkara. Ma'rifat ini merupakan buah dari syariat.

Ditingkatan manakah kita berada dalam berma'rifat? Dan apakah sudah kita berma'rifat? 

Saya jadi ingat di dalam kitab kifayatul awam, kitab ini menjelaskan tentang tauhid, dan di awalnya di jelaskan bahwasannya seseorang yang tidak berma'rifat maka ia kafir.

Jangan salah penafsiran, bahwa sesungguhnya manusia awam yang sudah mengenal nama "Allah" itu sudah berma'rifat.

Dikutip dari kitab Nashoihul Ibad dan Kifayatul Awam


Posting Komentar

0 Komentar

.