Pondok Pesantren Barokah Darurrohman

Ad Code

INFO

4/recent/ticker-posts

Deskripsi Wajah Nabi Muhammad dalam Maulid ad-Diba’i

 


Catatan Santri : Muhammad Reja Najib.,Lc ,M.A.


Rutinitas pesantren salaf di Indonesia tentu tidak asing lagi dengan tradisi muludan di setiap malam jum’at. Mulai dari pembacaan maulid ad-Diba’i, al-Barzanji sampai Simthu ad-Dhuror.

Para santri tentu sangat antusias dalam kegiatan ini, dengan menuangkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW ketika melantunkan irama shalawat yang beraneka ragam. Termasuk saya juga salah satu penikmat alunan pembacaan maulid dengan syahdu dan semangat.

Saya menjadi tertarik ketika melihat karya Imam al-Hafidz ‘Abdurrahman Ibnu al-Diba’ al-Syaibaani (866 H). Kitab karangannya itu membahas dan mengulik sedikit banyak Sirah Nabawiyah atau sekelumit sejarah Nabi Muhammad SAW. Kitab ini dinamakan Mukhtashor fii Sirah an-Nabawiyyah dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tebal, berisikan tentang bacaan Maulid ad-Dibaa’i dan penjabarannya dari beberapa kalam ulama yang ditulis pada footnote.

Kitab ini diberi komentar oleh al-‘Allaamah al-Muhaddits al-Muhaqqiq al-Sayyid Muhammad Ibnu ‘Alawi al-Maliki al-Hasani al-Makki.

Sayyid Muhammad al-Maliki menyampaikan beberapa komentar tentang perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan selalu menjadi bahan perbincangan di kalangan umat Islam terutama pada orang-orang yang tidak sejalan dan bahkan mengingkari perayaan Maulid Nabi. Tidak heran jika Sayyid Muhammad menjabarkan alasannya terhadap perayaan ini.

Di halaman empat dan seterusnya dari kitab tersebut, Sayyid Muhammad menyampaikan ada beberapa masalah yang harus kita ketahui sebelum memasuki pembahasan inti. Ada tiga poin penting yang perlu digaris bawahi.

Pertama, sejatinya kita mengatakan bahwa ini adalah perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya kita bisa berkumpul bersama dan mendengarkan sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam dakwah dan juga bisa mendengarkan pujian-pujian atau shalawatan bersama, saling memberikan sebagian rezeki kita atau makanan kepada orang-orang yang hadir di dalamnya sekaligus memberikan kebahagian bagi masyarakat lainnya.

Kedua, kami mengatakan perayaan ini adalah sebuah kesunnahan pada malam yang mulia khususnya Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi siapa saja oarang yang meyakini akan hal ini adalah sebuah kesunnahan, maka mereka telah berbuat bid’ah dalam sebuah Agama. Akan tetapi dengan adanya sebuah perayaan ini yang mengumpulkan banyak orang untuk bershalawat bersama dan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, apakah tergolong dari bid’ah yang tercela? Kan tidak seperti itu.

Ketigadalam perkumpulan ini, tidak hanya perkumpulan biasa dan seseorang hanya berdiam diri saja. Tentu perayaan Mulid ini menjadi wasilah besar untuk berdoa kepada yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Ini adalah kesempatan emas yang tak boleh terlewati. Justru para ulama agar mengingatkan kepada umatnya atas kelahiran Nabinya Muhammad SAW. Meneladani luhurnya akhlak beliau, adab, sifat, perjuangan, mu’amalah dan ibadah beliau. Tentu ini menjadi energi positif bagi siapa saja yang merayakan maulid Nabi Muhammad SAW ini.

Sifat Wajah Nabi Muhammad SAW

Dimulai pada bait:

وقيل لبعضهم كأنّ وجهه القمر

Dalam potongan bait pertama ini, Imam Diba’ telah mengumpulkan kabar dari para sahabat bahwa wajah Nabi Muhammad SAW itu bersinar, mempesona dan mempunyai keluhuran yang tinggi. Para sahabat menggambarkannya seperti layaknya matahari yang menyinari dunia.

Kemudian datang Hadits dari Hasan ibnu ‘Ali yang berbunyi:

وجاء في الحديث الحسن بن علي عن خاله هالة ابن أبي هالة: كان رسول الله صلى الله عليه وسلّم فخماً مفخّماً يتلألؤ لأوجهه صلى الله عليه وسلّم تلألؤ القمر ليلة البدر. رواه الترمذي

Rasulullah SAW itu mulia dan dimuliakan. Wajahnya bersinar seperti bulan di malam purnama"

قال أبو هريرة: كأنّ الشّمس تجري في وجهه. رواه ا لترمذي، ووصفته أم معبد فقالت: رأيت رجلاً ظاهر الوضاءة حسن الخلق مليح الوجه قسيماً وسيماً. الحديث رواه البيهقي والحاكم وصحّحه وهو من الشهرة بمكان.

Seakan akan matahari berjalan di wajahnya. Kemudian disifati oleh Ummu Ma’bad: saya melihat seseorang yang bersinar dan baik perangainya, indah paras wajahnya nan tampan.”

Kemudian pada bait selanjutnya:

قال بعض واصفيه ما رأيت قبله ولا بعده مثله

Kemudian sahabat Ali RA menanggapi bait diatas:

قال رضي الله عنه: لم أر قبله ولا بعده مثله. رواه أحمد

“Aku belum pernah melihat sebelum dan setelahnya sosok seperti beliau (Nabi Muhammad SAW).”

Seperti inilah tanggapan dan komentar dari para sahabat dan beberapa perawi hadits dalam mensifati wajah Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua selalu menjadi umat Nabi Muhammad SAW dan  bisa berkumpul bersama di akherat kelak.

Posting Komentar

0 Komentar

.