Pondok Pesantren Barokah Darurrohman

Ad Code

INFO

4/recent/ticker-posts

Mengenal lebih dekat Dr.KH.Kurnali Sobandi, M.M. Eps.2 Belajar "Ngeliwet" (Pesantren) dari Barat Hingga ke Timur


Mengenal lebih dekat Dr.KH.Kurnali Sobandi, M.M. Eps.2 Belajar "Ngeliwet" (Pesantren) dari Barat Hingga ke Timur


Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Tegalwaru II pada tahun 1984 Kiyai Kurnali langsung melanjutkan studi nya ke daerah kulon (Barat) yaitu di MTsN Serang-Banten. Tidak hanya sekolah beliau juga sambil belajar ngeliwet di Pondok Pesantren At-Thahiriyah Serang Banten tepatnya di Jl. KH. Amin Jasuta No 05 Lontarbaru Kec. Serang, Kota Serang Banten. 


Mengenal lebih dekat Dr.KH.Kurnali Sobandi, M.M. Eps.2 Belajar "Ngeliwet" (Pesantren) dari Barat Hingga ke Timur
Kiyai Kurnali saat menempuh pendidikan dasar di SDN Tegalwaru II Karawang tahun 1984

Pondok Pesantren At-Thahiriyah Berdiri tahun 1978 didirikan oleh KH.TB.Hasyuri Thahir, nama At-Thahiriyah diambil dari nama Ayahnya yaitu H.Thahir yang berjasa membeli tanah seluas 1 Hektar untuk pendirian pondok pesantren. Disinilah Kiyai Kurnali mulai mengaji dan mengenal kitab-kitab karangan para ulama salafusholihin, dengan menggunakan metode pembelajaran yang khas pesantren seperti, Sorogan, Bendongan dan Hafalan. 

Dibawah asuhan KH.TB.Hasyuri Thahir yang "Tegas dan Keras" dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama terutama dalam bidang ilmu Nahwu dan Shorof, banyak dari santri-santri nya yang mampu membaca kitab kuning bahkan mereka mampu membuat Nadzoman sebanyak 100 bait lebih, dan di Pesantren At-Thahiriyah inilah kiyai Kurnali mulai mampu membaca kitab kuning. 

Setelah belajar ngeliwet selama 3 tahun dan lulus Madrasah Tsanawiyah di Serang Banten pada tahun 1987, kiyai Kurnali melanjutkan ngeliwetnya ke wilayah timur Jawa Barat tepatnya di Pondok Pesantren kebon jambu Al-Malatiyah Babakan Ciwaringin Cirebon.

Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Malatiyah didirikan pada tahun 1975 kala itu di asuh oleh KH. Muhammad atau yang biasa disapa dengan sebutan "Akang".  

Kiyai Kurnali juga melanjutkan pendidikan nya di Madrasah Aliyah Negri Babakan dengan mengambil jurusan Syari'ah. Di Pondok Pesantren Kebon Jambu kiyai Kurnali ditemani oleh kakaknya yakni pak Nana yang hanya selisih satu tahun dengan beliau karna telah lebih dahulu menimba ilmu di Cirebon.

Berbeda dengan pesantren di Serang Banten, di Cirebon Kiyai Kurnali merasa mempunyai tempat berlindung dan mengadu, karna di Cirebon ada Pak Nana yang selalu menjaga dan menemaninya. Suatu ketika Pada tahun kedua Kiyai Kurnali belajar di Cirebon dan bertepatan dengan lulusnya Pak Nana dari Madrasah Aliyah, tiba-tiba Kiyai Kurnali menangis tersedu dan bahkan beliau tidak mau keluar dari kamarnya sehingga membuat Pak Nana kebingungan. Lantas bertanyalah Pak Nana kepada adiknya itu mengapa kamu menangis, dengan suara tersedu Kiyai Kurnali menjawabnya, bahwa beliau menangis karna akan ditinggal dipesantren oleh kakaknya yang telah lulus, itulah yang menjadi alasan beliau menangis, karna selama di Cirebon Pak Nana sebagai seorang kaka adalah pelindung bagi kiyai kurnali. Maka ketika Pak Nana lulus dan akan pulang beliau merasa sedih dan ingin ikut pulang, namun karna nasihat dari guru dan kakaknya untuk terus melanjutkan perjuangannya, akhirnya beliau bersemangat kembali untuk menuntut ilmu di Cirebon.

Dengan bekal ilmu dari Pondok Pesantren At-Thahiriyah Serang Banten, kiyai Kurnali melanjutkan ngajinya bersama KH.Muhammad. Namun di Cirebon Kiyai Kurnali harus mengulang pelajarannya dari dasar lagi seruan langsung dari KH. Muhammad. Suatu hari pada satu kajian, KH. Muhammad tidak bisa mengisinya namun beliau mempercayakannya kepada Kiyai Kurnali untuk mengisi kajian tersebut. Karna beliau sudah memiliki bekal dari Pesantren At-Thahiriyah beliaupun memberanikan diri untuk mengisi kajian tersebut. 

Di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Malatiyah Kiyai Kurnali dikenal sebagai sosok yang kreatif dan lucu, beliau juga seorang santri yang memiliki bakat berpidato atau ceramah. Sehingga ketika beliau mendapat jadwal Muhadhoroh penampilan beliau selalu ditunggu oleh sahabat-sahabat santrinya yang lain, semuanya berkumpul hanya untuk melihat penampilan "Om Kur" begitulah panggilan dari sahabat-sahabat santri kebon jambu kepada Kiyai Kurnali. Ciri khas saat beliau ceramah adalah dengan mengangkat tema-tema yang lucu dan unik sehingga ditunggu-tunggu penampilannya. 

Dari bakat ceramahnya ini lah sehingga banyak panggilan kepada beliau untuk mengisi acara-acara peringatan hari besar Islam, seperti maulid, Isra' Mi'raj dan lain sebagainya. Bahkan ketika masih jadi santripun beliau sudah banyak panggilan untuk ceramah keluar daerah. 

Di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Malatiyah Cirebon setiap santri wajib menyelesaikan pesantrennya selama 7 tahun, ini adalah dawuh dari KH. Muhammad. Karna, jika hanya 2 atau 3 tahun di pesantren itu seperti orang menggali tanah yang ingin mendapatkan sumber air tapi hanya dikedalaman 2 atau 3 meter saja, maka ia tidak akan menemukan sumber air itu namun jika dikedalaman 7 meter atau lebih, iya akan menemukan sumber airnya, begitu juga di pesantren jika sampai 7 tahun atau lebih ilmunya akan manfaat, inilah yang menjadi alasan KH. Muhammad mewajibkan santrinya harus pesantren selama 7 tahun baru bisa dikatakan lulus.

Maka setelah lulus dari Madrasah Aliyah tahun 1990 Kiyai Kurnali tidak langsung pulang, tapi beliau mengikuti dawuh dari KH. Muhammad bahwa santri harus menyelesaikan pesantrennya selama 7 tahun  sehingga beliau melanjutkan pendidikannya di IAIN Sunan Gunung Djati, dengan mengambil Jurusan Bahasa Arab. 

Setelah 7 tahun dan menyelesaikan kuliah S1 nya, pada tahun 1995 beliau melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Al-Ihsan Beji Purwokerto yang diasuh oleh KH. Abu Hamid. Di Purwokerto Kiyai Kurnali lebih memfokuskan  untuk pendalaman bahasa, baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris yang dipimpin oleh KH. Syarif Hidayatullah, BA. Sebagai Direktur AEDS (Arabic English Development Skill).

Mengenal lebih dekat Dr.KH.Kurnali Sobandi, M.M. Eps.2 Belajar "Ngeliwet" (Pesantren) dari Barat Hingga ke Timur
Tahun 1995 saat Kiyai Kurnali megikuti English Trainer (TOT) pada Festival Layang-layang Internasional di Pantai Kebumen, 

Di Purwokerto juga beliau bertemu dengan Dr. KH.Marsudi Syuhud., M.M. dari pertemuan ini Kiyai Kurnali ditawarkan oleh Kiyai Marsudi untuk mengurusi sebuah lembaga yang berada di Utara Kabupaten Bekasi Dan dari pertemuan ini juga menjadi wasilah berdirinya Pondok Pesantren Barokah Darurrohman Sukawangi-Bekasi.


Oleh : Habibi

(Santri Pondok Pesantren Barokah Darurrohman)

Posting Komentar

0 Komentar

.